Gaya hidup modern hampir tidak memberi kesempatan untuk tidur siang. Apalagi tidur siang selalu diidentikkan dengan orang malas. Kini tradisi tidur siang yang dianggap penting bagi kebugaran tubuh dan pikiran mulai dihidupkan lagi.
Seperti yang dilakukan di Spanyol yang sampai harus menggelar lomba tidur siang tingkat nasional demi menghidupkan lagi tradisi tidur siang pada 14 Oktober lalu.
Tidur siang atau dalam bahasa Spanyol disebut siesta merupakan kebutuhan setiap orang untuk menyegarkan kembali tubuh dan pikiran di sela-sela pekerjaan. Waktu 20 menit dinilai paling optimal, karena belum masuk fase tidur yang dalam atau sangat lelap.
Presiden National Association of Friends of the Siesta, Daniel Blanco menilai kebiasaan baik itu mulai tergusur arus modernisasi. Orang pilih bekerja atau bahkan berbelanja dibandingkan tidur siang.
"Ketika Anda menyempatkan diri untuk tidur siang atau la siesta, Anda akan merasa lebih tenang dan hidup Anda terasa lebih baik. Gaya hidup modern adalah ancaman bagi semua itu," ungkap Daniel seperti dikutip dari CNN, Selasa (19/10/2010).
Adakah manfaat tidur siang?
Kalina Christoff dari University of British Columbia, Kanada mengatakan tidur siang akan mengaktifkan bagian otak yang berfungsi untuk memecahkan masalah. Mereka yang melakukan tidur siang lebih cepat menyelesaikan tugas ketimbang mereka yang tidak tidur siang.
Namun para peneliti mencoba meyakinkan bahwa tidur siang bukan berarti memperbanyak waktu tidur, yang penting jumlah keseluruhan tidur dalam satu hari masih dalam batas wajar, yaitu 6-7 jam sehari untuk orang dewasa.
Sebuah studi terbaru juga menunjukkan tidur siang kemungkinan bisa membuat seseorang menjadi lebih pintar dan menyegarkan otak. Karena ketika orang merasakan kantuk akan menjadi lebih lamban bekerja apalagi setelah makan siang.
Perlukah menghidupkan tradisi tidur siang?
Menurut Dr Neil Kline, seorang sleep physician, orang tidak akan merasa mengantuk di siang hari jika mendapatkan tidur yang cukup di malam harinya.
"Idealnya orang dewasa tidak memerlukan tidur siang, tapi cobalah untuk memiliki jadwal tidur yang teratur agar bisa tetap terjaga di siang hari," kata Dr Neil seperti dikutip dari Health.
Jadi sebenarnya jika tidur malamnya sudah cukup, orang malah tidak butuh tidur siang karena jadi sulit mengantuk.
Hal senada juga diungkapkan peneliti dari University of Arizona di Tucson yang mengatakan tidur siang teratur bagus untuk bayi dan anak-anak untuk meningkatan kemampuan otaknya dalam mendeteksi informasi baru.
"Sebagian besar bayi dan anak-anak mengalami perkembangan otak saat sedang tidur sehingga bisa memasukkan informasi yang didapat dan belajar untuk menyimpannya. Jika tidur siangnya tidak cukup mereka akan kehilangan hal tersebut," ujar ketua peneliti Lynn Nadel, seperti dikutip dari HealthDay.
Sumber : detik.com
Organisasi pemerhati lingkungan Greenpeace, menilai hutan di Indonesia kondisi kerusakannya semakin parah, kata Zulfahmi, pada talkshow yang digelar di kawasan hijau Kambang Iwak Palembang, Sabtu.
Menurut juru kampanye Greenpeace pada talkshow itu, secara global setiap tahunnya 1,8 juta hektare (ha) hutan di Indonesia terdekradasi, akibat aktifitas penebangan hutan sekala besar.
Adapun untuk wilayah Sumatera, berdasarkan pantauannya dari udara dalam tiga bulan terakhir, hampir setiap tempat terdapat aktifitas penebangan dalam jumlah besar, katanya.
Menurut dia, pihaknya tidak tahu pasti apakah itu legal atau melawan hukum. Namun, legal tidak bisa hanya memandang dari selembar kerta saja. Padahal itu harus dipastikan dengan melihat apakah aktifitas tersebut mematuhi taturan atau tidak.
Ia mencontohkan, kawasan gambut dengan kedalaman tiga meter lebih apabila dikonversi merupakan praktek melawan hukum.
Ia menyayangkan, dari bentuk penggundulan hutan di negeri ini, tidak ada tindakan satupun dari pemerintah guna menyelamatkan kondisi alamnya.
Sebagai bukti, tahun 2008-2009 merupakan periode di mana pemerintah memberikan izin atas pengelolaan hutan secara besar-besaran. Jadi pertanyaan besar, kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu).
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat yang juga menjadi nara sumser dalam talkshow tersebut menyampaikan, hingga saat ini praktek pengelolaan hutan oleh hutan tanaman industri (HTI) serta konversi hutan alam menjadi suatu perkebunan, sudah di luar ambang batas.
"Sebagai bukti, dari 3,7 juta hektare hutan di Sumsel atau 3,4 persen dari luas hutan di Indonesia, sudah mulai menipis. Hal itu disertai dengan peningkatan bencana alam yang menimpa di daerah tersebut, baik tanah longsor dan banjir," katanya.
Kegiatan yang digelar Greenpeace bekerjasama dengan Walhi Sumsel, Wahana Bumi Hajau beserta komunitas fotografer dan pewarta foto Palembang itu, sebagai wujud peduli lingkungan guna melibatkan masyarakat luas.
Dalam kegiatan itu, mereka juga memajang foto-foto berkaitan dengan kondisi hutan alam di Sumatera khususnya Sumsel yaitu, kawasan hutan Merang, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumsel.
Hutan Merang merupakan penyangga hutan di Sumsel yang kondisinya semakin terkikis oleh aktifitas penebangan, dan juga konversi menjadi area perkebunan kelapa sawit.
Menurut juru kampanye Greenpeace pada talkshow itu, secara global setiap tahunnya 1,8 juta hektare (ha) hutan di Indonesia terdekradasi, akibat aktifitas penebangan hutan sekala besar.
Adapun untuk wilayah Sumatera, berdasarkan pantauannya dari udara dalam tiga bulan terakhir, hampir setiap tempat terdapat aktifitas penebangan dalam jumlah besar, katanya.
Menurut dia, pihaknya tidak tahu pasti apakah itu legal atau melawan hukum. Namun, legal tidak bisa hanya memandang dari selembar kerta saja. Padahal itu harus dipastikan dengan melihat apakah aktifitas tersebut mematuhi taturan atau tidak.
Ia mencontohkan, kawasan gambut dengan kedalaman tiga meter lebih apabila dikonversi merupakan praktek melawan hukum.
Ia menyayangkan, dari bentuk penggundulan hutan di negeri ini, tidak ada tindakan satupun dari pemerintah guna menyelamatkan kondisi alamnya.
Sebagai bukti, tahun 2008-2009 merupakan periode di mana pemerintah memberikan izin atas pengelolaan hutan secara besar-besaran. Jadi pertanyaan besar, kegiatan itu dilakukan bertepatan dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu).
Direktur Eksekutif Walhi Sumsel Anwar Sadat yang juga menjadi nara sumser dalam talkshow tersebut menyampaikan, hingga saat ini praktek pengelolaan hutan oleh hutan tanaman industri (HTI) serta konversi hutan alam menjadi suatu perkebunan, sudah di luar ambang batas.
"Sebagai bukti, dari 3,7 juta hektare hutan di Sumsel atau 3,4 persen dari luas hutan di Indonesia, sudah mulai menipis. Hal itu disertai dengan peningkatan bencana alam yang menimpa di daerah tersebut, baik tanah longsor dan banjir," katanya.
Kegiatan yang digelar Greenpeace bekerjasama dengan Walhi Sumsel, Wahana Bumi Hajau beserta komunitas fotografer dan pewarta foto Palembang itu, sebagai wujud peduli lingkungan guna melibatkan masyarakat luas.
Dalam kegiatan itu, mereka juga memajang foto-foto berkaitan dengan kondisi hutan alam di Sumatera khususnya Sumsel yaitu, kawasan hutan Merang, Kecamatan Bayung Lencir, Musi Banyuasin, Sumsel.
Hutan Merang merupakan penyangga hutan di Sumsel yang kondisinya semakin terkikis oleh aktifitas penebangan, dan juga konversi menjadi area perkebunan kelapa sawit.